Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, kali ini saya ingin mengajak kita semua untuk membicarakan tema yang agak berat, yaitu Ar-Rabi’ Al-‘Arobi (Arabic Spring) atau secara terminologisnya berarti ‘musim semi arab’. Musim semi di sini bukanlah musim semi betulan yang datang dalam siklus sekali dalam setahun. Tapi maksudnya adalah proses kembalinya masa kejayaan dan kebangkitan bangsa arab dari masa kegelapan. Sebagaimana musim semi yang merupakan proses peralihan dari musim dingin yang penuh bahaya kepada musim panas.
Kenapa saya sebut masa kegelapan? Itu karena adanya pemerintahan yang diktator serta sekuler di beberapa negara timur tengah sana. Kita ambil contoh di Tunisia, menurut penuturan Bapak Hasan Kiyat, mantan anggota DPR-RI bahwa banyak praktek intervensi terhadap agama Islam disana. Anda bisa bayangkan bagaimana bisa ada negara yang melarang seseorang untuk shalat di masjid kecuali bila memiliki surat izin dari pemerintah. Parahnya lagi peraturan ini bukan diterapkan di Negara yang mayoritasnya non muslim, tapi Negara yang mayoritasnya muslim. Capeek deeh…
Itu masih lebih baik, ada lagi peraturan lain yang dzalim dan sangat melanggar hak beragama seperti larangan berjilbab (walaupun di rumahnya sekalipun) dan larangan berpuasa dengan alasan dianggap mengurangi produtifitas. Coba anda bayangkan, peraturan sesat seperti ini kok bias-bisanya ada di negara timur tengah sana. Saya rasa pemerintahan Suharto di Indonesia juga tidak separah itu.
Melangkah ke Mesir yang memborgol pergerakan Islam semisal Ikhwanul Muslimin atau yang lainnya, begitu banyak tahanan politiknya yang berhaluan Islamis. Bahkan tidak hilang dari ingatan kita bagaimana dulu nasib beberapa tokoh besar pergerakan dan perjuangan semisal Hasan Al-Bana dan Sayyid Qutb dibunuh oleh rezim pemerintahannya.
Dan begitu pula daerah-daerah lain yang melakukan tindakan yang tidak jauh berbeda. Dan akibat tindakan itu pulalah mereka harus menerima pil pahit dengan digulingkan secara tidak hormat. Dan atas dasar hal inilah (salah satunya) maka revolusi besar-besaran di segenap penjuru timur tengah mulai terjadi.
Penyebabnya secara keseluruhan sebenarnya merupakan hasil akumulasi dari kedzaliman-kedzaliman yang dilakukan oleh rezim diktator disana. Namun secara umum revolusi besar ini dimulai dari Tunisia, saat terjadi peristiwa pembakaran diri oleh seorang pemuda bernama Tarmidzi karena dia merasa di dzalimi oleh pemerintahan yang sangat tidak mengakomodir suara rakyatnya.
Pasalnya pada suatu hari dia sedang berjualan buah, lalu kemudian datang sekelompok polisi (mirip satpol-pp di Indonesia) merazia barang-barangnya secara tidak manusiawi. Bahkan saat itu komandan polisi yang merupakan seorang wanita mempermalukannya dengan menampar wajahnya di depan umum. Padahal latar belakang Tarmidzi ini adalah seorang akademisi lulusan sarjana sebuah universitas.
Dari sana pergolakan pun dimulai. Masyarakat yang sudah merasa begitu gerah dengan kelaliman pemerintah akhirnya tidak bisa menahan diri melihat fenomena ini, mereka turun ke jalan dan melakukan perlawanan, mereka menuntut pemerintah agar turun dari jabatannya.
Akhirnya hal ini menular ke tetangga sebelah mereka, yaitu Libya dan Mesir. Namun di kedua Negara ini aksi masyarakat ditanggapi dengan begitu represif oleh pemerintah. Korban jiwa pun mulai berjatuhan dari kalangan rakyat yang menjadi korban keegoisan pemerintah. Setelah itu mulailah revolusi menjalar ke Yaman dan Suriah. Namun untuk Suriah ini sampai sekarang masih belum lepas dari cengkraman pemerintahnya ‘Bashar Assad’, kita doakan saja semoga pemerintahan pro-israel dan sekutunya ini segera dapat ditumbangkan. Amin ya Rabb..
Untuk Suriah nanti akan kita sediakan sesi sendiri untuk membicarakannya secara terpisah. Saya ingin agak mengulas tema Suriah ini karena belakangan isu ini sudah menjadi agak dingin di tengah-tengah masyarakat. Dan untuk sekarang kita akan sedikit fokus ke pembahasan lain.
Buat Apa sih Revolusi Arab itu..???
Suatu kali saya pernah ditanya seorang teman yang juga aktifis pergerakan islam, kurang lebih pertanyaannya seperti ini “Buat apa sih melakukan revolusi? Apa manfaatnya? Malah membuat mudharat saja..!” Kebetulan teman (saudara) saya ini berbeda pergerakan.
Saat itu dengan pede saya katakan, “Lihat saja nanti apa yang akan terjadi, jangan terburu-buru suudzan dulu..”
Pergolakan revolusi pun satu per satu usai dengan membuahkan kemenangan besar bagi pergerakan Islam dari yang sebelumnya dipenuhi dengan suhu sekulerisme dan kediktatoran. Saya pun mulai berkata di dalam hati, “Sekarang paham kan maksud saya.”
Entah apa sahabat saya (saudara kita) yang satu ini mau mengakui atau tidak kesuksesan ini, tapi husnudzan sajalah mudah-mudahan dia bisa berbesar hati menerima kesalahan persepsinya dulu. Yang jelas sampai sekarang saya tidak pernah lagi mendengar dia menyinggung masalah Arabic Spring ini.
Ikhwah fillah rahimakumullah, saya rasa kita semua sudah bisa mafhum mengenai tujuan umum Arabic Spring ini, yaitu untuk menghidupkan kembali ruh Islam yang lama tertidur karena tendensi yang dilakukan oleh pemerintah diktator setempat. Namun tidak dapat dipungiri ada pula orang-orang yang menentang revolusi ini dengan berbagai alasan. Yang lebih menyedihkan adalah penentangan ini selain datang dari orang-orang yang anti pergerakan Islam seperti israel, juga datang dari beberapa aktifis pergerakan Islam sendiri.
Demi Allah, saya tidak ingin menyamakan mereka dengan zionis, tapi saya hanya ingin mereka membuka mata hati mereka, bahwa tanpa mereka sadari suara mereka itu tidak jauh berbeda dengan suara musuh (walau musuh mungkin tidak terang-terangan menyatakannya, bahkan ada pula musuh yang sok mendukung). Padahal mereka seringkali mengulang-ulang, bahwa kita harus berbeda dengan orang kafir dan tidak boleh mengikuti langkah mereka. Lantas mengapa mereka malah mengikuti sikap musuh Islam dengan menentang revolusi arab. Padahal salah satu tujuan revolusi arab adalah menciptakan suhu yang kondusif untuk pergerakan-pergerakan Islam agar dapat tumbuh mengeksistensikan dirinya.
Saya takut sekali, jangan-jangan sikap ini didasarkan oleh sikap iri-dengki kepada saudara sendiri yang kebetulan berbeda pergerakan dengannya, dan mereka menganggap revolusi hanya akan semakin membesarkan pergerakan saingannya. Padahal Allah berfirman, “Ataukah orang-orang itu hasad (iri) atas apa yang Allah berikan kepada mereka berupa keutamaan. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepada keluarga Ibrahim itu Al-Kitab dan Al-Hikmah, dan Kami telah memberikan mereka kekuasaan yang besar.” (QS. An-Nisa : 54)
Namun kita juga tidak menutup mata bahwa memang ada sebagian saudara kita yang memang menolak revolusi karena murni pertimbangan pribadinya, dan bukan karena iri apalagi dengki. Tapi tetap pertimbangan tersebut harus dikoreksi ulang. Karena bila dikatakan bahwa revolusi banyak membawa mudharat, kita katakan sebaliknya bahwa tidak terjadinya revolusi mungkin malah akan menimbulkan bahaya yang lebih besar.
Apa buktinya? Kita bisa melihat buktinya sekarang, dimana setelah terjadinya revolusi ini kekuasaan pun akhirnya jatuh ke tangan para aktifis Islam. Bahkan di Mesir lebih dari 70% jumlah kursi parlemennya diduduki oleh aktifis Islam, yaitu dari Al-Ikhwan Al-Muslimun dan saudara kita Salafiyyin. (Padahal pada mulanya mayoritas saudara kita dari Salafi menolak revolusi ini.)
Bukan hanya itu, aksi nyata untuk melawan musuh Islam, zionis bahkan dapat dilakukan. Semisal dengan melakukan usaha membuka pintu perbatasan rafah, dan menghentikan penjualan gas ke israel. Padahal dulu gas-gas ini dijual dengan begitu murahnya oleh Mesir kepada Israel, namun sekarang alhamdulillah penjualan ini telah dihentikan, satu pukulan telak tentunya untuk israel.
Revolusi Arab = Durhaka Kepada Pemimpin
Sebagian mufti (ahli fatwa) kala itu menyatakan bahwa melakukan revolusi adalah haram karena itu berarti keluar dari ketaatan kepada pemimpin. Dan Allah berfirman, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul serta para pemimpin kalian.” (QS. An-Nisa : 59)
Namun yang menggelikan adalah, begitu revolusi berhasil melempar sang diktator dari kekuasaan lalu terbukalah kesempatan bagi aktifis Islam untuk masuk ke tampuk kekuasaan, mereka pun akhirnya membentuk partai dan ikut serta menikmati hasil revolusi dengan berbondong-bondong mengikuti pemilu. Subhanallah..
Ikhwani fiddin rahimakumullah, dalil ini memang benar memerintahkan kita untuk taat kepada Allah dan Rasulnya serta pemimpin kaum muslimin. Pertanyaannya adalah apakah kita harus taat kepada pemimpin yang mendiskreditkan Islam sendiri..? Lalu mau dikemanakan hadits Rasulullah, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada sang Pencipta (Allah)”.
Dan salah satu bentuk ketaatan dalam bermaksiat adalah dengan membiarkan pemimpin yang anti-Islam untuk berkuasa. Atau membiarkan pemimpin diktator yang tidak mengizinkan adanya pergerakan dakwah Islam.
Selain itu, perintah untuk taat kepada pemimpin itu tidak semutlak ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukankah begitu..? Dan kaidah maslahat dan mafsadat merupakan patokan yang harus diperhatikan dalam hal ini. Imam Ibnu Taimiyyah berkata : “firman Allah {Serta para pemimpin kalian}[1] pada kalimat itu tidak disebutkan kata ‘taatilah’ untuk ketiga kalinya karena para pemimpin itu tidaklah dipatuhi dengan ketaatan yang mutlak. Sesungguhnya mereka hanya -boleh,red- dipatuhi di dalam hal yang ma’ruf.”[2]
Inilah sekilas kelemahan dasar pemikiran yang dijadikan dasar untuk menolak revolusi arab. Bukti jelasnya adalah keikut sertaan mereka yang menolak revolusi arab dalam menikmati hasil revolusi.
Pekerjaan Masih Tersisa di Bumi Suriah
Suriah masih belum bebas, setelah sekian lamanya semenjak dilakukan demonstrasi damai untuk menentang pemerintahan Bashar Al-Assad (namun dibalas dengan pembantaian oleh pemerintahannya sendiri). Inilah bumi terakhir tempat medan perang yang kini dikobarkan oleh pemerintahannya sendiri.
Inilah bumi tempat bercokolnya pengaruh hegemoni musuh yang ditancapkan melalui pemerintahannya. Sekedar informasi, saya sempat mendapatkan informasi dari sahabat saya yang tengah belajar di Damaskus, Suriah. Bahwa pemerintahan disana benar-benar pro-israel. Sampai-sampai semua situs atau Webster yang mengandung informasi mengenai fakta-fakta buruk negara tersebut ikut diblokir oleh pemerintah.
Tentu paling tidak ada dua dosa yang dilakukan oleh pemerintahan Bassar dalam hal ini. Yang pertama adalah membungkam kebebasan mengutarakan kebenaran, dan yang kedua adalah mencoba melindungi kejahatan.
Saya belum bercerita bagaimana kejahatan yang dilakukan oleh rezim Bashar terhadap rakyatnya sendiri, Pembantaian tidak segan-segan dia lakukan, bahkan dengan cara yang relatif lebih biadab dari pemimpin-pemimpin diktator lainnya yang telah berhasil ditumbangkan.
Bahkan ada sebuah video yang tersebar di youtube menggambarkan seorang rakyat Suriah (laki-laki) yang disiksa habis-habisan oleh pihak militer, dan di akhir siksaan itu mereka menyuruh si laki-laki ini untuk mengatakan, “katakan.. tidak ada tuhan selain Bashar..!!” Wal iyyadzu billah. Rupanya Bashar telah benar-benar berubah menjadi thogut yang disembah.
Namun kita bersyukur karena saudara kita ini tetap kokoh dan menolak mengucapkan kata-kata najis tersebut dan untuk itulah dia kemudian dibunuh oleh pihak militer. Kita doakan semoga Allah mencatatakan shahadah (mati syahid) yang sempurna untuknya (dan kita semua). Amin..
Dan perlu teman-teman semua ketahui bahwa kini pemerintah tengah mengadu-domba pihak yang tergabung dalam revolusi (sunni) dengan kaum syi’ah (bahkan bukan hanya syi’ah biasa, karena syi’ah ini adalah model syi’ah yang paling rusak, yaitu Syiah Nushairiyyah). Dan sampai sekarang korban dari pihak pendukung revolusi masih terus berjatuhan.
Oleh karena itu, saya memohon kepada teman-teman sekalian untuk mulai mengangkat isu ini ke public secara perlahan. Karena Suriah ini adalah ‘medan perang’ terakhir yang akan menentukan kemenangan pergerakan Islam di bumi timur tengah sana. Dan inilah kesempatan kita untuk dapat memukul telak zionis dengan merebut kekuasaan dari tangan kaki-tangan mereka.
Anda tahu kenapa sidang OKI (Organisasi Konfrensi Islam) tidak pernah menghasilkan solusi konkret buat Palestina? Itu karena rata-rata pemimpin di timur tengah itu sekarang telah menjadi ‘kekasih gelap’ israel. Dan tentunya pukulan telak ini akan sangat membantu dalam proses perjuangan kemerdekaan Palestina dari tangan zionis. Jadi, kontribusi anda untuk Suriah juga merupakan saham yang bisa anda berikan untuk membebaskan Palestina.. Allahu Akbar..
Wallahu ‘alam
Salam Perjuangan,
Abdullah Assaif
[1] Lihat Surat An-Nisaa ayat 59 sebelumnya
[2] Ibnu Taimiyyah, Mukhtashar Minhajus Sunnah (Makt. Shameela), 1:128.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !