Awalnya, band yang beranggotakan Nur Muhammad Hasan a.k.a Pelo' (spoken), Feri Prasetya (6th strings guitar), Dimas Sulistio (4th strings bass), dan Rio Catur Rahmat Saputra a.k.a Bogank (beat maker) ini terbentuk dari pertemanan Dimas dan Bogank yang sebelumnya bergabung dalam band `slaming death metal', bernama Aborted Vomitory. Dengan alasan yang kurang jelas, mereka berdua kemudian mengundurkan diri dari band tersebut.
Kesamaan dan ketertarikan akan band-band hardcore lokal Yogyakarta seperti `Reason To Die', dan Baku Hantam sangat menginspirasi mereka untuk membentuk band hardcore yang suka-suka namun sedikit lebih serius. Dengan sedikit memaksa, Dimas mengajak Fery yang merupakan seorang fristyler BMX untuk bergabung, dan disusul Pelox, seorang skateboarding yang juga teman kerja Fery di sebuah cafe untuk memperkuat squad Kudabesi.
Tepatnya, 15 November 2010 lalu di Yogyakarta, Kudabesi resmi berdiri. Nama ini diambil dari kata `Kuda', yang merepresentasikan `tenaga yang sangat besar', `enerjik' dan sering di kaitkan dengan kecepatan dan kekuatan kendaraan bermotor. Sedangkan `Besi' mereka menyimpulkan sifatnya yang keras dan kokoh, karena juga digunakan sebagai bahan pondasi bangunan-bangunan besar di seluruh dunia.
"Jadi KudabesiHC adalah band yang memiliki semangat seperti kuda, bermain musik keras, dan berusaha untuk menjadi pondasi semangat bagi pendengarnya," ujar Bogank menegaskan.
Mereka mengakui bahwa musik yang dimainkan Kudabesi masih terpengaruh hardcore yang di dalamnya terdapat banyak unsur segala jenis metal dan punk.
"Walaupun musik kami keras, tapi kita dengerin semua musik tanpa ngotak-ngotakin genre, dari dangdut sampe keroncong," tambah Pelox sang vokalis.
Musik hardcore yang mereka mainkan merupakan benang merah dari band Pantera, Metallica, Sepultura, Hatebreed, Madball, Agnostic Front, Puppen, Burgerkill, dan semua band underground lokal dan luar negeri.
Tak ada alasan khusus mengapa mereka memilih jalur musik ini. Mereka hanya ingin berusaha jujur dengan apa yang dirasakan.
"Ya kenyataanya kami suka dengan musik yang kami mainkan sekarang, Kami selalu berusaha untuk tidak terlalu banyak basa basi mengenai segala sesuatu yang menurut kami benar, ataupun sebaliknya," ujar Pelox.
Lantas apa pendapat mereka tentang skena musik di Yogyakarta pada umumnya dan skena hardcore khususnya? Banyak scene yang ada di Yogyakarta, mulai metal, punk, melodic dan lain sebagainya.
"Menurut kami, scene Hardcore di Yogyakartalah yang sedikit banyak mengajarkan kami untuk tidak `lebay' menyikapi segala sesuatu dalam hidup ini," ungkap sang vokalis ini.
Semua lirik lagu yang ditulis Kudabesi memang berdasarkan pengalaman pribadi para personilnya.Di antaranya menceritakan tentang keguguhan tekad agar tidak pantang menyerah dan mudah putus asa.
"Intinya datang dari kehidupan sehari-hari yang kita jalani," tambah Pelox.
Dalam waktu dekat, Kudabesi akan merilis album pertamanya. Soal materi karya, tidak banyak yang mereka bocorkan.
"Biar orang lain saja yang menilai. Bagi kami yg terpenting kami berusaha untuk jujur menyikapi segala sesuatu yang ada di kehidupan nyata," ungkap Boganx.
Tema-tema lagu yang mereka suarakan memang tidak lepas dari amarah, dan bagaimana berusaha bertahan hidup tanpa mengeluh, karena menurut Kudabesi hidup itu bukan untuk mengeluh. Sudah banyak stage yang mereka sambangi, dan semuanya merupakan cerita yang sangat berkesan, yang terpenting bagi mereka adalah bisa terus bersama teman-teman tanpa ada perbedaan antara si artis dan fans.
Sumber : Jogja.tribunnews.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !